Pengalaman Menakutkan Saat berlibur Dirumah Mertuaku di Tulungagung
Hari itu suami saya sudah dapat cuti tahunan dari kesatuannya. Kebetulan dia seorang anggota TNI yang berdinas di Ibu Kota Jakarta. Sebelumnya kami juga sudah sepakat kalau cuti tahun ini kami habiskan di rumah mertua di Tulungagung, Jawa Timur. Ini adalah kunjungan pertamaku ke rumah mertua di Tulungagung, saya dan suami masih pengantin baru dan waktu menikah acaranya di Jakarta, keluarga besar kami yang datang. Jadi ini adalah kunjungan pertama saya ke sana, Singkat cerita kami pun berangkat ke Kota Kelahiran suami.
Pesawat kami tiba di Surabaya jam 7 malam. Terus kami meneruskan ke terminal Bungurasih untuk naik bus ke Tulungagung. Sepanjang perjalanan tak ada perasaan aneh-aneh semua normal saja. Empat jam perjalanan kami habiskan dengan bercakap-cakap.
Memasuki kota Tulungagung kami harus melewati jembatan perbatasan Kediri dan Tulungagung, jembatannya biasa aja tapi mungkin karena sudah jam 11 malam kendaraan yang lewat pun hanya bus kami. Setelah melewati jembatan saya melihat ke arah kanan ternyata tepat di samping jalan itu adalah pemakaman umum.
Tapi yang membuat saya bertanya- tanya? nisan yang ada tidak banyak dan semua nampak seperti kuburan tua, kemudian saya melihat sebuah pohon beringin besar. Di bawah pohon itu nampak sebuah gubuk dan ada dua buah patung di depannya, dan yang membuat saya kaget saya melihat seekor monyet putih duduk di bawah pohon itu.
Agaki ngeri juga melihatnya, Spontan saya bertanya kepada suami saya, “Mas, Lihat itu ada monyet putih duduk di bawah pohon.”
Suami saya tidak menjawab tetapi malah menarik kain gorden jendela bus. Saya pun menanyakan kenapa dia melakukan itu, suami saya hanya menjawab "nanti ceritanya kalau sudah yampai rumah". Akhirnya saya diam dengan hati yang penuh tanda tanya.
Kami pun tiba di rumah sekitar pukul 12 malam, disambut oleh semua anggota keluarga besar suamiku, dan dipersilahkan istirahat, dan karena memang kami lelah akhirnya setelah membersihkan badan, kami pun tertidur dan lupa dengan kejadian tadi.
Esoknya ketika kami sedang sarapan bersama saya teringat dengan kejadian semalam dan menanyakan tentang hal itu kembali tetapi saya bertanya kepada mertua saya.
"Bu, Semalam setelah jembatan kami lewati pemakaman, itu pemakaman umum ya Bu?"
Mertuaku menjawab "Jembatan sebelah mana nduk?"
" Yang mau masuk Tulungagung Bu, yang pemakamanya ada dua patung"
"Oh iya. itu pemakaman umum. Memang kenapa nduk?"
"Tidak apa-apa Bu. Soalnya semalam saya melihat monyet putih duduk di bawah pohon beringin, monyetnya besar sekali seperti gorila".
Mertua saya diam, kemudian menjawab "Nduk kamu melihat monyet putih itu? Dipemakaman itu memang ada monyet putihnya dan juga monyet-monyet liar-liar lainnya karena pemakaman itu biasa digunakan oleh orang-orang untuk meminta kekayaan, dan monyet putih yang kamu lihat adalah raja dari monyet-monyet itu. Dan untuk orang yang mengambil pesugihan pada monyet itu jika meninggal harus dimakamkan dipemakaman itu dan katanya pula kalau monyet-monyet liar yang ada ditempat itu semua adalah jelmaan dari orang-orang yang menuntut pesugihan di tempat itu." Panjang lebar Ibu mertua menelaskanya.
Saya pun terdiam. Kemudian mertua saya melanjutkan :
"Nanti sore kita ke rumahnya Pak Kyai yah nduk, Kamu harus didoakan karena kamu sudah melihat monyet putih itu dan katanya siapa saja yang melihat monyet putih itu jika tidak menyembahkan sesuatu padanya, maka monyet itu akan selalu mengganggu orang yang melihatnya."
Saya pun bertanya kembali, "Apa yang harus dipersembahkan jika melihat monyet itu bu”
“Bayi, Setiap kamu hamil di usia 7 bulan, maka anak anak yang ada dalam kandunganmu, akan diambil oleh monyet tersebut,” Ibu mertuaku menjelaskanya dengan raut wajah cemas, spontan saya pun merinding dan ketakutan.
Sore harinya setelah ashar, suami, saya dan kedua mertuaku pergi ke rumah pak kyai yang dimaksud dengan membawa botol yang berisi air putih. Dan setelah kami berbasa-basi, mertuaku menyampaikan maksud kedatangan kami, pak kyai itu pun mengambil botol air yang kami bawa dari rumah dan kemudian mendoakan air itu, setelah itu dia berpesan agar saya memakai air itu untuk dicampurkan buat mandi dan beliau memberikan saya beberapa doa agar jika saya mendapat hal-hal yang aneh saya harus membaca doa itu.
Setelah berpamitan kami pun pulang. Malamnya setelah makan malam kami masuk ke kamar masing-masing dan karena memang masih daerah perkampungan baru jam 8 malam suasana sudah sangat sunyi sekali. Saya pun tertidur, tiba-tiba saya seperti dibangunkan saya mendengar di atas atap seperti ada yang menarik-narik atau seperti menggeser atap genteng rumah.
Bulu saya merinding, perasaan saya tidak enak. Kemudian seperti ada yang berbisik di telinga saya untuk membaca doa yang telah diberikan oleh kiyai tadi, segera saya membaca doa tersebut sebanyak 3 kali. Pada saat terakhir saya membacanya tiba-tiba di atas rumah terdengar seperti suara ledakan yang amat besar, dan membangunkan seisi rumah. Malam itu kami semua tidak ada yang tidur setelah saya menceritakan apa yang saya dengar dan bunyi ledakan tadi..
Esok nya pagi-pagi kami kembali ke rumah kiyai dan menceritakan apa yang terjadi. Pak kiyai berkata kalau beliau sudah tau dan beliau pula yang membisikkan kepada saya agar membaca doa yang telah dia berikan, karena pak kyai semenjak kami pulang dari rumahnya selalu memantau keadaan saya dalam zikirnya.
Syukur Alhamdulillah sampai saya pulang kembali ketempat dinas suami di Jakarta, saya tidak pernah lagi mengalami hal tersebut, namun yang selalu menjadi pertanyaan saya apakah yang sudah menggeser genteng rumah dan meledak diatap rumah mertua saya itu?, karena waktu masih dirumah mertua, antara enggan dan takut untuk bertanya-tanya.
0 komentar:
Posting Komentar