Hallo Sobat, Cerita misteri sudah siapkah anda untuk mendengarkan kisah misteri kali ini, yang sedikit menakutkan dan bisa membuat bulu kuduk anda berdiri seakan-akan terhempas oleh angin sepoi-sepoi. Tentunya anda sudah tidak asing lagi bukan yang namanya misteri atau cerita horror. Mungkin di daerah anda menyimpan cerita sendiri mengenai hal-hal yang berhubungan dengan misteri dan mungkin di sekitar anda sendiri juga ada.Namun apakah anda pernah menyadari bahwa hal semacam ini tidak terlepaskan dari kehidupan manusia. Yang pada hakekatnya memang selalu berdampingan satu sama lainnya.
Dan jika bicara tentang misteri pasti tidak terlepaskan dari cerita Legenda Asal Mula Orang Lamongan Dilarang Menikah dengan Orang Kediri ini, yang mana keberadaanya seringkali membuat orang ketakutan atau penasaran.Kebenaran ceritnya mungkin pernah dialami oleh sebagian orang yang ada disekitarnya. Dan disaat jam-jam tertentu mungkin keberadaanya dapat dilihat atau dirasakan bagi orang-orang tertentu. Dan bukan hal yang aneh jika seorang mempunyai kekuatan supranatural yang lebih bisa mendeteksi keberadaanya bahkan perwujudanya dapat ditampakan dengan mata batinya. Namun apakah anda percaya dengan Legenda Asal Mula Orang Lamongan Dilarang Menikah dengan Orang Kediri yang satu ini, jawabanya mungkin hanya anda sendiri yang dapat membuktikannaya.
Dan seperti apa cerita selengkapnya mengenai Legenda Asal Mula Orang Lamongan Dilarang Menikah dengan Orang Kediri yang menyeramkan ini, Untuk lebih memahami dan mengetahui alur ceritanya maka anda bisa baca cerita misteri dibawah ini. Saya sarankan jika anda tipe orang yang penakut untuk tidak meneruskan membacanya. Dan cerita ini merupakan cerita yang diambil dari berbagai sumber yang ada. Tanpa panjang lebar silahkan simak ceritanya berikut ini :
Legenda Asal Mula Orang Lamongan Dilarang Menikah dengan Orang Kediriilustrasi ambruknya majapahit (foto. indocropcircles.wordpress.com)
Saat zaman kelam menerpa kerajaan Majapahit. Perang saudara mengakibatkan Majapahit menjadi sebuah kerajaan yang pesakitan dan tidak punya wibawa lagi di negeri-negeri bawahannya. Melihat Majapahit yang semakin keropos ini, Adipati Kediri saat itu merasa bahwa inilah saatnya bagi Kediri sebagai kerajaan yang lebih tua dan keturunan syah dari Prabu Airlangga untuk mengambil alih kekuasaan dari Majapahit.
Akan tetapi, meskipun keadaan Majapahit saat itu sudah semakin lemah namun Majapahit masih terlalu kuat untuk dihadapi oleh Kediri seorang diri. Apalagi Kediri masih ragu apakah orang-orang di pesisir utara Jawa seperti Gresik, Lamongan, Tuban dan Surabaya yang telah banyak menganut Islam itu nantinya akan mendukung siapa, sedangkan merekalah saat itu yang mengatur urat nadi perdagangan di Nusantara, sehingga peran mereka nantinya tidak bisa disepelehkan. Oleh karena itu maka Adipati Kediri berpikir bagaimana caranya untuk bisa menjalin koalisi dengan wilayah-wilayah yang ada di pesisir utara Jawa. Sampai suatu ketika dia mendengar kabar bahwa Bupati Lamongan saat itu, mempunyai dua orang putra kembar yang bernama Panji Laras dan Panji Liris.
Karena diapun mempunyai dua orang putri kembar yang bernama Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi, maka dia berniat menikahkan kedua putri kembarnya dengan kedua putra kembar Bupati Lamongan sekaligus sebagai langkah awal untuk melakukan koalisi, sehingga bila dia bisa melakukan koalisi dengan Lamongan maka Majapahit bisa dikepung dari dua arah yaitu Kediri di Selatan dan Lamongan di Utara. Mengetahui niat dari Adipati Kediri tersebut, Bupati Lamongan merasa bimbang antara mau menerima ataukah menolak rencana koalisi berbalut pernikahan tersebut. Bila dia menerimanya, dia takut dengan pembalasan Majapahit jika rencana kudetanya dengan Kediri terhadap Majapahit itu gagal.
Namun bila dia menolak dan kemudian Kediri berhasil menggulingkan Majapahit, maka Kediri pastinya juga akan membalas atas penolakannya tersebut. Disamping itu bila sampai terjadi perang saudara lagi, maka ekonomi dan perdagangan yang saat itu dikuasai oleh orang-orang pesisir utara Jawa nantinya pasti akan terganggu. Memikirkan hal tersebut maka dia menjadi bingung dan memutuskan untuk menguji kesungguhan dari Adipati Kediri. Karenanya dalam rencana pernikahan politis tersebut Bupati Lamongan mengajukan tiga syarat yaitu.
Pertama, Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi harus mau memeluk Islam. Kedua, pihak keluarga mempelai wanita lah yang harus datang melamar kepada pihak keluarga mempelai pria. Ketiga, nantinya pihak mempelai perempuan harus datang dengan membawa hadiah berupa gentong air dan alas tikar yang kedua-duanya harus terbuat dari batu. Mendengar syarat-syarat tersebut, ternyata Adipati Kediri masih bersedia untuk memenuhinya dan menyuruh kedua putrinya untuk datang melamar ke Lamongan, sehingga mau tak mau Bupati Lamongan akhirnya bersedia untuk melaksanakan pernikahan tersebut. Tiba pada harinya, Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi diiringi dengan rombongan besar orang-orang Kediri datang ke Lamongan.
Panji Laras dan Panji Liris di temani Ki Patih Mbah Sabilan diperintahkan oleh ayahnya untuk menjemput kedua putri Kediri tersebut di batas Kota Lamongan. Pada saat itu Lamongan sedang mengalami bencana banjir, sehingga mau tak mau Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi mengangkat kainnya sampai ke paha agar kainnya tersebut tidak basah. Celakanya, karena hal itu Panji Laras dan Panji Liris bisa melihat bahwa ternyata kaki Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi ternyata berbulu lebat seperti bulu kuda. Sehingga Panji Laras dan Panji Liris menolak untuk menikahi Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi serta meminta agar rencana pernikahan tersebut dibatalkan saja.
Mendengar hal tersebut sontak Dewi Andansari dan Dewi Andanwangi merasa terhina dan malu sehingga mereka melakukan bunuh diri saat itu juga dihadapan Panji Laras dan Panji Liris. Melihat junjungan mereka dihina dan dipermalukan sehingga sampai bunuh diri, orang-orang Kediri itu akhirnya menjadi sangat marah dan ingin membunuh Panji Laras dan Panji Liris, sehingga perang pun tak bisa terhindarkan lagi. Melihat nyawa Panji Laras dan Panji Liris dalam bahaya, maka Ki Patih Mbah Sabilan berjuang mati-matian untuk melindungi mereka, sehingga akhirnya Ki Patih Mbah Sabilan harus tewas dalam rangka melindungi nyawa Panji Laras dan Panji Liris. Setelah patihnya tewas, orang-orang Lamongan pun semakin terdesak dan akhirnya Panji Laras dan Panji Liris pun ikut tewas tanpa diketahui jenazahnya.
Tidak puas hanya menewaskan Ki Patih Mbah Sabilan serta Panji Laras dan Panji Liris, orang-orang Kediri itu pun semakin merangsek maju bahkan sampai ke pendopo kadipaten. Dalam pertempuran di pendopo kadipaten tersebut, Bupati Lamongan ikut gugur. Namun sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, Bupati Lamongan sempat berpesan agar nanti anak cucunya tidak boleh menikah dengan orang Kediri.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/asmoro/kisah-penyebab-kenapa-orang-lamongan-dilarang-menikah-dengan-orang-kediri_550b1f5d813311cf14b1e33f
0 komentar:
Posting Komentar